Rabu, 20 Oktober 2010

Kasus Penarikan Indomie

Indomie ditarik dari peredaran di Taiwan dan Hongkong gara-gara mengandung zat pengawet methyl phydroxybenzoate atau nipagin. Aksi penarikan ini banyak menuai dukungan termasuk di dunia maya lewat jejaring sosial facebook dan twitter.

Meski demikian di Indonesia masih tetap bebas beredar di masyarakat. Hal ini bisa jadi lantaran pemerintah tak pernah melakukan evaluasi terhadap produk mi instan tersebut sejak 1988 atau 22 tahun lalu.
“Seharusnya produk makanan selalu dievaluasi, sebab bisa saja dalam perjalanan selanjutnya ada perubahan penggunaan bahan baku termasuk pemakaian zat berbahaya,” terang Tulus Abadi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang dihubungi semalam.

Jika saja evaluasi dilakukan oleh pemerintah, bisa saja Indomie di Indonesia ditarik seperti di Taiwan. Untuk itu YLKI minta agar pemerintah segera merevisi kebijakan 1998 terkait penggunaan zat pengawet pada makanan instan.
“Kebijakan itu sudah puluhan tahun padahal menyangkut dampak penggunaan produk mi instan, yang di Taiwan sudah dilarang,” kata Tulus.

Tulus mengaku heran kebijakan tersebut berlaku terlalu lama, bahkan tidak pernah dievaluasi. Dia menduga ada pengusaha dan pemerintah ‘main mata’ hingga produk seperti itu di Indonesia aman karena aturannya sudah lama dan tidak dievaluasi.
 
PRO TAIWAN
Penarikan Indomie banyak menuai dukungan dari kalangan facebookers maupun pengguna twitter. Banyak pemakai FB dan Twitter menulis status berterima kasih kepada Taiwan yang menarik Indomie karena mengandung bahan pengawet berbahaya.
Darwin, facebooker asal Bekasi dalam statusnya menulis, “Apa yang dilakukan pemerintah Taiwan terhadap Indomie sudah benar dan kita harus berterima kasih. Karena menurut BPOM, Indomie terbukti mengandung Nipagin, pengawet yang dapat mengakibatkan muntah2 dan kanker. Kenapa BPOM baru ungkapkan sekarang, padahal mereka sudah lama tahu bahayanya Indomie… Apa perlu rakyat melakukan class-action ?”
Senada dengan itu, facebooker cantik asal Surabaya, Aprillia menulis status bernada takut mengonsumsi Indomie.
ADA ETIKA
Komisaris PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Franciscus Welirang, mengaku belum bisa memastikan apakah penarikan Indomie di Taiwan terkait dengan perang dagang.
“Kami belum bisa menyatakan itu perang dagang. Namun, memang benar ini adalah bagian dari kenyataan perdagangan global dan problematikanya,” katanya.
Semestinya, ia mengingatkan jika mitra dagang adalah sahabat. Maka dalam hubungan dagang, ada tata cara dan etika dalam proses kontrol pasar. “Jadi, mereka tidak membuat pernyataan yang mendeskreditkan partner dagangnya,” ujar Franky yang juga menjabat sebagai Direktur di induk usaha, PT Indofood Sukses Makmur tersebut.
Di Cirebon, satu keluarga di Desa Pangenan, Kecamatan Pangenan, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (12/10), diduga keracunan setelah menyantap mie instan. Mereka mengalami muntah-muntah dan buang air besar terus-menerus. Keluarga yang terdiri dari bapak, dua anak, dan seorang cucu itu dibawa ke Rumah Sakit Umum Waled, Cirebon.
Korban Sadikin, 55, mengatakan, dia dan keluarga menyantap mi instan bersama pada Senin malam. Selang beberapa jam, mereka mengalami gejala keracunan dan hingga Rabu (13/10) masih dirawat.

satu tahun pemerintahan SBY

20 Oktober 2010 terasa berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Hari di mana satu tahun silam SBY- Boediono resmi memimpin negeri ini untuk lima tahun ke depan.

Bagi para intelektual muda dan masyarakat banyak yang menilai bahwa satu tahun pemerintahan SBY-Boediono adalah momentum untuk mengkritisi semua kebijakan dan janji-janji politik saat kampanye dulu.

Betapa tidak segudang pekerjaan rumah masih menumpuk untuk diselesaikan. Dari pemberantasan korupsi, masalah kemiskinan pendidikan, hingga kekerasan yang telah menjadi tontonan keseharian bagi rakyat.

Namun hal tersebut tak sama dengan Bambang Suprapto, salah seorang penjual air mineral yang lebih memikirkan bagaimana kehidupan esok hari. "Yang penting bagi saya, bisa makan buat istri sama anak," singkatnya saat berbincang dengan okezone di depan Istana Negara, Jl.Medan Merdeka Jakarta Pusat, Rabu, (20/10/2010).

Pria berperawakan kurus ini mengaku bahwa dirinya memanfaatkan momentum satu tahun pemerintahan SBY-Boediono guna merauk keuntungan yang berlipat ganda. "Di sini mumpung rame, jadi saya ke sini mas," paparnya.

Empat dus air mineral sontak telah laris manis dijualnya, maklum cuaca Ibu Kota sejak siang memang cukup terik sehingga banyak peserta aksi atau pemburu berita yang tergoda dengan minuman mineral yang dijualnya.

"Kalau hari biasa, paling banyak cuma dua dus aja. Ini mumpung rame. Hari biasa saya nggak boleh jualan di sini. Saya biasanya naik turun bus," katanya sambil mengusap matanya yang masih terasa perih akibat gas air mata yang ditembakkan polisi. Dia mengaku bisa mengantongi untung Rp40.000 dari satu dus air mineral yang dijualnya. "Alhamdulillah, inikan nggak setiap hari mas," cetusnya sambil tersenyum.

Bambang menambahkan bahwa dirinya dengan istrinya bekerja sama. "Istri saya di depan RRI, nungguin dus Aqua. Jadi kalau yang di kantong plastik saya abis, saya balik ke sana,"imbuhnya. Saat ditanya apakah tidak takut saat terjadinya bentrok, di berujar, "Ya namanya usaha kan ada risiko, asal nggak ditangkep polisi ama ketembak."