Kejayaan timnas Indonesia di AFF Cup tahun ini memang membanggakan. Semua rakyat Indonesia bahagia karenanya. Berita tentang timnas pun memenuhi headline berbagai media. Segala bentuk dukungan pun diberikan, dari materiil maupun immateriil, dari yang wajar hingga yang berlebihan.
Namun dukungan-dukungan ini agaknya mulai ‘mengganggu’. Waktu yang seharusnya dapat digunakan timnas untuk istirahat dan mempersiapkan jiwa raga untuk berlaga ke negeri tetangga jadi semakin sempit karena adanya agenda-agenda di luar lapangan yang wajib mereka hadiri.
Sebenarnya, menurut salah satu sumber orang dalam timnas, para anggota timnas sudah jenuh menghadapi seremoni-seremoni yang tidak jelas juntrungannya. Hal tersebut berpotensi menguras tenaga para pemain, padahal mereka perlu berada di puncak performa untuk menghadapi laga final yang berat.
Sejak awal kesuksesan timnas melewati babak penyisihan, mereka menjadi pusat perhatian. Para media, fans, bahkan politikus memburu mereka untuk kepentingan masing-masing. Media yang membuntuti timnas kali ini bukan hanya dari jurnalis olahraga, namun hampir semua media, dari berita hingga infotainment berlomba-lomba mendapatkan statement dari para pemain timnas, terutama pemain-pemain kunci seperti Irfan Bachdim dan Christian Gonzales.
Bahkan ada media yang disinyalir terlalu ‘lebay’ dalam memberitakan timnas. Entah apa maksudnya, hampir seluruh segmen acara di media tersebut berfokus kepada timnas. Jika murni untuk dukungan, itu bagus sekali, namun apabila sudah sampai pada tahap mengulang-ulang suatu berita tentang timnas, ini berpotensi mengganggu konsentrasi.
Sementara disamping itu semua, timnas masih harus menghadiri sejumlah jamuan dan acara lainnya, alih-alih dukungan, kesannya mereka dipamerkan secara paksa. Dua hari lalu timnas dibawa oleh PSSI untuk menghadiri jamuan makan di rumah salah satu ketua partai politik. Dan hari ini mereka akan berada di Pesantren Assidiqiyah untuk mengikuti doa bersama dan santunan. Kedua acara tersebut disiarkan live di sebuah stasiun televisi. “Mendoakan itu hal yang sangat baik. Tapi ‘kan gak mesti semua anggota tim harus datang. Mendoakan itu kan tidak mesti orangnya ada di tempat. Kasihan, mereka juga butuh waktu untuk istirahat. Bukannya istirahat, mereka masih harus ikut menembus kemacetan dan lain-lain. Secara psikologis bisa capek juga. Menurut saya ini acara-acara seperti ini kontraproduktif,” tanggap Zen Rachmat, seorang suporter timnas. “Muatan politisnya kentara sekali. Di spanduk di pesantren itu jelas terlihat nama Nurdin Halid. Menurut saya Nurdin sedang pamer, bahwa dia punya banyak teman, seperti didukung oleh banyak orang,” tambah Zen kemudian.
Sementara menurut sumber dalam timnas, acara doa bersama di pesantren itu merupakan acara dadakan Parahnya lagi, acara pesantren itu mengambil waktu relaksasi timnas. Seharusnya timnas sore ini sudah melakukan program relaksasi dengan berendam di jacuzzi, spa, berenang, dan berlatih di gym. “Sebenarnya ini mengganggu, Mas,” keluh sumber tersebut.
Dalam acara doa bersama tersebut, semua jajaran timnas hadir, kecuali sang pelatih Alfred Riedl. Ketua Umum PSSI Nurdin Halid menampik jika kegiatan tersebut akan mengganggu timnas. Saat ditanya apakah agenda-agenda di luar lapangan tidak menggangu persiapan tim, terutama efeknya pada fisik pemain, Nurdin tidak merasa demikian. “Saya kira tidak (mengganggu). Saya kira ini baik, karena ini ‘kan doa bersama. Tidak mengganggu persiapan tim besok. Apalagi ini belum pernah ada, timnas didoakan oleh ulama dan santri pesantren.” ujarnya.
Bagaimana menurut anda?
sumber Ditulis oleh Billy pada 23 Dec, 2010 | Kategori: Olahraga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar